Standard satuan temperatur yang secara
umum digunakan di dunia ada dua macam, yakni satuan Fahrenheit dan Celcius.
Skala Fahrenheit menggunakan angka 32o untuk menunjukkan titik beku dan 212o untuk titik didih dari air murni pada tekanan
atmosfer. Sedangkan untuk satuan Celcius, menggunakan angka 0o pada titik beku serta 100o untuk titik didih air murni pada tekanan atmosfer.
Pada perkembangan selanjutnya, konvensi internasional menetapkan standard baru
pada titik bawah masing-masing satuan tersebut. Sekarang penunjukan 0oC atau 32oF
bukan pada titik beku air, namun berada pada titik tripel (triple point) dari air. Triple point adalah
kondisi dimana air bisa berfase cair, padat, ataupun gas sekaligus.
Panas sangat berpengaruh
terhadap properti dari suatu materi seperti ekspansi termal, radiasi, serta
efek elektrik. Ketiga properti tersebut menjadi dasar untuk membuat alat ukur
temperatur sesuai dengan pengaruh perubahan suhu terhadap properti suatu benda.
Tingkat presisi alat ukur temperatur sangat bergantung kepada properti materil
yang digunakan, properti material yang diukur, serta desain dari alat ukur itu
sendiri. Sehingga penentuan alat ukur yang tepat sesuai dengan media kerja yang
akan diukur sangat mempengaruhi hasil akhir pengukuran.
Di dunia sains telah banyak
dikembangkan metode-metode pengukuran temperatur. Sehingga berdasarkan metode
pengukuran ini juga dapat kita klasifikasikan termometer menjadi beberapa
jenis. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu-persatu Metode Pengukuran
Temperatur ini:
1.
Perubahan
Fase.
Fusi. Beberapa zat kimia seperti merkuri dan air, memiliki temperatur yang tetap untuk mengalami perubahan fase dari padat menjadi cair. Sifat ini disebut fusi, yang mana sangat cocok untuk dijadikan acuan skala alat pengukuran temperatur. Titik leleh atau cair materi-materi ini dijadikan acuan untuk batas bawah skala alat ukur temperatur. Salah satu aplikasi dari alat ukur yang menggunakan metode ini adalah pyrometric cone. Alat ini menggunakan campuran senyawa oksida dan kaca yang akan meleleh pada temperatur yang telah ditentukan. Pyrometric coneumum digunakan pada industri-industri keramik untuk mengukur temperatur furnace. Campuran zat yang digunakan pada alat ini dapat bekerja pada rentan temperatur 593-1982oC.
Fusi. Beberapa zat kimia seperti merkuri dan air, memiliki temperatur yang tetap untuk mengalami perubahan fase dari padat menjadi cair. Sifat ini disebut fusi, yang mana sangat cocok untuk dijadikan acuan skala alat pengukuran temperatur. Titik leleh atau cair materi-materi ini dijadikan acuan untuk batas bawah skala alat ukur temperatur. Salah satu aplikasi dari alat ukur yang menggunakan metode ini adalah pyrometric cone. Alat ini menggunakan campuran senyawa oksida dan kaca yang akan meleleh pada temperatur yang telah ditentukan. Pyrometric coneumum digunakan pada industri-industri keramik untuk mengukur temperatur furnace. Campuran zat yang digunakan pada alat ini dapat bekerja pada rentan temperatur 593-1982oC.
Vaporisasi. Tekanan penguapan sebuah cairan bergantung kepada
temperaturnya. Pada saat sebuah cairan dipanaskan hingga mendidih, tekanan uap
yang terbentuk sama dengan tekanan total permukaan cairan tersebut. Titik didih
berbagai jenis zat kimia dapat digunakan sebagai acuan termometrik. Apabila cairan
dan uap yang terbentuk berada di dalam sebuah bejana tertutup, maka kenaikan
tekanan uap yang terjadi dapat digunakan untuk mengukur temperatur menggunakanpressure gauge yang
terkalibrasi.
Termometer Vapour Pressure
2.
Expansion Properties
Sebagian besar material di alam ini memiliki sifat yang akan berekspansi (memuai) apabila terjadi kenaikan temperatur di lingkungan sekitarnya. Besar ekspansi yang terjadi berbanding lurus dengan kenaikan temperatur yang terjadi. Sifat ini dapat digunakan sebagai alat ukur temperatur selanjutnya.
Gas. Pemuaian pada gas dijabarkan kedalam rumusan berikut
Sebagian besar material di alam ini memiliki sifat yang akan berekspansi (memuai) apabila terjadi kenaikan temperatur di lingkungan sekitarnya. Besar ekspansi yang terjadi berbanding lurus dengan kenaikan temperatur yang terjadi. Sifat ini dapat digunakan sebagai alat ukur temperatur selanjutnya.
Gas. Pemuaian pada gas dijabarkan kedalam rumusan berikut
Pvm = R x T
Dimana P = tekanan absolut (lb/ft2); vm = volume (ft3/mole gas); R = konstanta gas (1545 ft lb/mole); T = temperatur absolut (R=oF + 460).
Nitrogen menjadi gas yang paling
umum digunakan untuk termometer yang menggunakan prinsip kerja ekspansi ini.
Nitrogen dapat digunakan dalam rentang temperatur -129 sampai 538oC. Konstruksi dari temperatur ini
persis sama dengan termometer vapour
pressure, hanya saja media kerjanya yang
diganti dengan gas nitrogen. Pemuaian dari gas nitrogen yang dipanaskan
meningkatkan tekanan sistem dan mengaktuasi indikator temperatur.
Liquid. Pemuaian zat cair dapat digunakan sebagai termometer
dengan jalan menggunakan bulb dan pipa kapiler. Pada termometer jenis ini bulb
dan pipa kapiler diisi penuh dengan cairan dan dikalibrasi dengan menggunakanpressure gauge. Salah satu jenis zat yang paling umum digunakan untuk
termometer jenis ini adalah mercury, yang dapat bekerja pada renta suhu -40
hingga 538oC.
Termometer jenis liquid ini sangat simpel, murah, dapat
langsung dibaca, dan bersifat portabel. Namun termometer ini memiliki ketelitian
yang rendah. Termometer jenis ini dengan bulb yang tidak terlindungi apapun,
hanya cocok untuk digunakan di lingkungan laboratorium saja dan tidak untuk di
lingkungan industri berat. Untuk penggunaan di dunia industri, dibutuhkan
sedikit modifikasi dengan penggunaan pelindung metal pada sisi bulb termometer.
Namun hal ini menjadikan termometer ini lebih lambat untuk merespon terjadinya
perubahan suhu dalam rentan waktu yang pendek.
Termometer Bimetal
Solid. Termometer tipe selanjutnya yang menggunakan prinsip kerja
pemuaian adalah pada benda padat. Tipe ini menggunakan media kerja logam
bimetal. Logam bimetal adalah logam tipis dari dua jenis logam yang memiliki
koefisien pemuaian berbeda, dan digabungkan menjadi satu. Pada saat terjadi
perubahan panas, logam bimetal ini akan melengkung karena adanya perbedaan
koefisien pemuaian antara kedua logam tadi. Prinsip inilah yang dapat digunakan
sebagai alat ukur temperatur.
3.
Sifat
Radiasi Material
Tipe termometer selanjutnya adalah yang menggunakan sifat radiatif dari suatu benda. Setiap benda padat akan memancarkan radiasi semakin tinggi apabila dia berada dalam temperatur yang semakin panas. Prinsip ini sesuai dengan persamaan Stefan-Boltzman berikut:
Tipe termometer selanjutnya adalah yang menggunakan sifat radiatif dari suatu benda. Setiap benda padat akan memancarkan radiasi semakin tinggi apabila dia berada dalam temperatur yang semakin panas. Prinsip ini sesuai dengan persamaan Stefan-Boltzman berikut:
q/S
= σ ε T4
Dimana:
q =
energi radiasi tiap satuan waktu (Btu/h)
S = luas area permukaan (ft2)
σ = konstanta Stefan-Boltzman (1,71×10-9 Btu/h ft2 R4)
ε = emisivitas permukaan
T = temperatur absolut (R)
S = luas area permukaan (ft2)
σ = konstanta Stefan-Boltzman (1,71×10-9 Btu/h ft2 R4)
ε = emisivitas permukaan
T = temperatur absolut (R)
Logam panas dapat kita jadikan ilustrasi untuk memudahkan
kita memahami metode pengukuran temperatur ini. Logam panas memancarkan warna
yang berbeda-beda di setiap tingkatan temperatur. Secara garis besar adalah
sebagai berikut:
Dark red
|
1000oF (538oC)
|
Medium
cherry red
|
1250oF (677oC)
|
Orange
|
1650oF (899oC)
|
Yellow
|
1850oF (1010oC)
|
White
|
2200oF (1204oC)
|
Pyrometer
Optik. Pyrometer optik adalah sebuah
instrumen pengukuran temperatur yang menggunakan prinsip pancaran radiasi benda
panas. Pyrometer optik secara visual membandingkan tingkat kecerahan permukaan
sebuah benda dengan referansi sebuah sumber radiasi tertentu. Benda referensi
yang digunakan biasanya berupa filamen tungsten yang dipanaskan secara
elektrik. Di dalam alat ini juga digunakan sebuah filter warna merah sehingga
secara visual didapatkan gelombang tertentu yang dapat dikomparasi dengan titik
referensi. Alat ini dapat menentukan temperatur permukaan benda dengan angka
emisivitas (ε) 1,0.
Prinsip Kerja Pyrometer Optik
Pyrometer optik sangat cocok
digunakan untuk mengukur logam panas, karena jika alat ini dikalibrasi dengan
baik ia akan sangat sempurna mengukur temperatur logam di atas 1500oF (816oC). Sehingga alat ini sangat ideal
untuk digunakan pada industri-industri yang melibatkan proses pemanasan logam
seperti boiler, perlakuan panas untuk logam, dan lain sebagainya. Namun
pyrometer optik tidak cocok jika digunakan untuk mengukur temperatur gas,
karena gas panas tidak memancarkan radiasi secara kasat mata.
Pyrometer
Radiasi. Logam panas memancarkan radiasi
dengan nilai tertentu yang besarnya ditangkap oleh pyrometer jenis ini untuk
menentukan temperatur logam tersebut. Pyrometer tipe ini memiliki tingkat
sensitifitas yang tinggi, kepresisian, serta rentan pembacaan temperatur yang
lebih lebar. Alat ini sangat baik membaca temperatur logam di atas 538oC. Satu kelebihan yang peling
penting dari akat ini adalah tidak dibutuhkannya pembacaan temperatur secara
visual, sehingga ia dapat dipasang di sebuah titik yang tidak terjangkau oleh
pandangan manusia, seperti di dalam furnace boiler.
Pyrometer Radiasi
4.
Electrical Properties
Alat ukur temperatur yang paling banyak digunakan di dunia industri adalah yang menggunakan sifat elektris. Sifat elektris suatu logam akan berubah jika temperaturnya berubah, prinsip ini dapat digunakan untuk mengukur temperatur sebuah logam. Ada dua jenis alat ukur temperatur yang menggunakan prinsip elektris ini, yakni thermocouple dan termometer electrical resistance.
Alat ukur temperatur yang paling banyak digunakan di dunia industri adalah yang menggunakan sifat elektris. Sifat elektris suatu logam akan berubah jika temperaturnya berubah, prinsip ini dapat digunakan untuk mengukur temperatur sebuah logam. Ada dua jenis alat ukur temperatur yang menggunakan prinsip elektris ini, yakni thermocouple dan termometer electrical resistance.
Thermocouple. Alat ini tersusun atas dua konduktor listrik dari material
yang berbeda yang dirangkai membentuk sebuah rangkaian listrik. Jika salah satu
dari konduktor tersebut dijaga pada temperatur yang lebih tinggi daripada
konduktor lainnya sehingga ada diferensial temperatur, maka akan timbul efek
termoelektris yang menghasilkan tegangan listrik. Besar tegangan listrik yang
terbentuk tergantung dari jenis material konduktor yang digunakan, serta besar
perbedaan temperatur antara dua konduktor tersebut.
Prinsip
Kerja Thermocouple
Thermocouple memiliki
kelebihan seperti harganya yang murah, mudah diaplikasikan pada berbagai
kondisi sistem, awet, serta sederhana namun sangat responsif. Alat ini juga
memungkinkan untuk mensentralisasi pembacaan temperatur, sehingga sejumlah thermocouple yang tersebar di beberapa tempat, hasil pembacaannya dapat
diletakkan pada satu tempat tertentu. Thermocouplemenjadi
satu alat ukur yang paling banyak diterapkan di dunia industri terutama di
pembangkit-pembangkit tenaga listrik.
Termometer
Tahanan. Termometer tahanan dapat membaca
temperatur di antara -240 hingga 982oC, tergantung dari tahanan listrik logam yang muncul seiring
adanya peningkatan temperatur logam tersebut. Termometer ini menggunakan
prinsip jembatan Wheatstone untuk menciptakan rangkaian tahanan listrik.
Prinsip Kerja Termometer Tahanan
Termometer tahanan ini memiliki tingkat kepresisian yang
sangat baik, akurat, namun tidak dapat digunakan pada temperatur yang tinggi.
Hal ini dikarenakan pada temperatur yang tinggi, rangkaian tahanan akan menjadi
sangat mudah terkontaminasi oleh logam-logam lain yang akan menempel pada
rangkaian tersebut, mengakibatkan pembacaan yang menjadi tidak akurat.
0 komentar:
Posting Komentar